Mataram | Sketsapromedia - Sebanyak 4.000 jiwa lebih warga yang
mendiami tujuh dusun di bawah kaki Gunung Rinjani Kabupaten Lombok
Utara, Nusa Tenggara Barat, mengalami kesulitan air bersih menyusul
kekeringan yang melanda daerah itu.
"Kesulitan air bersih ini kami sudah alami setiap tahun musim
kemarau. Tetapi perhatian dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara
terhadap masalah ini tidak pernah ada," ujar pengurus air bersih, Dusun
Batu Jompang Desa Sesait, Rosiadin, saat mengadukan hal tersebut kepada
Anggota DPRD Nusa Tenggara Barat M Hadi Sulton, Minggu (28/6/2015).
Menurut dia, jika musim kemarau tiba warga yang ada di tujuh dusun,
yakni Dusun Lekok Are, Pansor Tengak, Pansor Bat, Sangiang, Aur Kuning,
Kebaloan (Desa Sesait) dan Dusun Kelanjuan Desa Gumantar Kecamatan
Kayangan hanya bergantung pada satu mata air yang berada di Dusun
Sekeper Desa Santong.
"Jangankan untuk mengairi areal sawah dan ladang pertanian, untuk
kebutuhan makan, minum dan mandi saja kita susah. Apa lagi untuk
memenuhi kebutuhan lainnya," keluhnya.
Diakuinya, warga di tujuh dusun tersebut sebenarnya sudah berusaha
untuk bisa mengaliri air menggunakan pipa-pipa dari mata air Dusun
Sekeper yang berada di atas dusun mereka secara swadaya, namun karena
terbatasnya anggaran mengingat rata-rata warga di tujuh dusun hanya
bermata pencarian sebagai petani, hingga kini keinginan untuk mengaliri
air hingga merata di tujuh dusun tersebut belum bisa terwujud.
"Kami pernah mengusulkan ke kabupaten untuk menyediakan pipa, tetapi tidak pernah ditanggapi pemerintah," sesalnya.
Ia menambahkan, pipa-pipa itu diperlukan untuk mengaliri air menuju
bak-bak penampungan sebelum didistribusikan ke rumah-rumah warga. Untuk
pembuatan bak penampungan pun, warga setempat menganggarkannya secara
swadaya.
"Bak penampungan itu kita bangun untuk menampung air, karena kalau
musim kering seperti ini, debit mata air di Dusun Sekeper turun,
sehingga tidak mampu lagi mengairi hingga ke bawah, mengingat mata air
tersebut berada di atas tujuh dusun tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, bantuan pernah datang dari PDAM untuk
bisa mengaliri air ke rumah warga, namun masyarakat harus diminta
membayar dengan berlangganan kepada PDAM. Tapi karena kesulitan ekonomi
dan tidak sanggup membayar setiap bulan, warga akhirnya memutuskan
menolaknya.
"Karenanya, kami meminta bantuan kepada pemerintah kabupaten dan
pemerintah provinsi dengan cara seperti apa yang bisa dilakukan dengan
kondisi masyarakat seperti ini. Terutama sekali pipa berukuran besar,
karena dengan cara itu masyarakat bisa menikmati air," harapnya.
Menanggapi keluhan warga tersebut, anggota DPRD NTB M Hadi Sulton
mengaku prihatin karena kurangnya perhatian yang diberikan pemerintah,
khususnya Kabupaten Lombok Utara.
"Pemanfaatan sumber air ini harus segera diatasi dan dicari
solusinya, sehingga masyarakat tidak kesulitas air setiap tahun, karena
ini bukan hanya berpengaruh terhadap hidup tetapi keberlangsungan lahan
pertanian warga," jelasnya.
Sekretaris Komisi III DPRD NTB itu berjanji akan membantu warga yang
ada di tujuh dusun tersebut, termasuk menyampaikan keluhan warga kepada
Pemerintah Provinsi NTB, terutama Dinas Sosial Kependudukan dan
Pencatatan Sipil serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk
turun mengatasi hal tersebut.
"Ini terasa memilukan, karena masyarakat yang ada di kaki Gunung
Rinjani sebetulnya harus melimpah air tetapi kesulitan air bersih.
Seharus pemerintah bisa mengambil peran ini, dan kami di DPRD akan juga
ikut membantu dan mengontrol, sehingga ke depan tidak ada masyarakat
yang kesulitan air bersih," tegasnya.
(car)
0 Response to "Tujuh Dusun di Kaki Gunung Rinjani Kekeringan "
Post a Comment